Jumat, 10 Juni 2016

[Dongeng] Kesombongan Langit


Pagi itu langit mulai menampakan kecongkakannya. Dia berkata kepada Matahari, "Hai Matahari, kutugaskan kau menerangi separuh Bumi yang hina itu!"
Matahari sang pemberi sinar hanya mengangguk lalu menjalankan sebagaimana tugasnya menyinari bumi. Sebenarnya matahari pun enggan menyinari Bumi. Karena Bumi adalah tempat yang paling kotor. Banyak manusia dosa yang berada di punggungnya. Hanya saja, Tuhan sudah menciptakan Matahari untuk menyinari Bumi.


Pagi pun cerah. Tumbuhan dan binatang bersuka ria menyambut mentari pagi. Penghuni Bumi tersenyum dengan kegiatan masing-masing. Namun tidak dengan sebatang pohon besar dan sudah tua. Ia menangis karena ingin ditumbangkan oleh segerombolan manusia untuk dijadikan kebutuhan manusia, namun sebatang pohon itu ikhlas, memang sepatutnya, ia diciptakan Tuhan untuk keperluan manusia.

Dari atas mata air pegunungan, dengan lincahnya sang Air meliak-liuk ceria mengaliri setiap belahan desa, kota hingga pada akhirnya sang air berkerumun gagah menjadi lautan nan luas. "Aku bangga menjadi air, akulah yang menghidupi penghuni bumi. Tampaku, mereka takan hidup!" kata Air penuh kesombongan.

Rupanya Angin mendengar perkataan Air, ia tak mau kalah dengan kesombongan. "Akulah yang hebat dan di takuti. Aku bisa membuat manusia bersyukur, tapi aku juga bisa membuat manusia berkeluh kesah. Aku bisa dibutuhkan dan aku juga bisa ditakuti. Tampaku, perahu layar takan bisa berjalan, kincir takan bisa memutar. Dan aku sangat diharapkan kedatanganku oleh semua makhluk di bumi."

Mendengar celotehan Angin. Api tak mau kalah. Dengan kegagahannya ia mengobarkan jilatan apinya sambil berkata. "Akulah yang paling bermanfaat untuk penduduk Bumi. Tampaku, akan menjadi gelap. Tampaku akan membeku kedinginan dan tampaku semua manusia tak bisa bekerja, karena aku sangat dibutuhkan. Tapi aku akan menghukum mereka jika mereka lalai, dan membakar semua yang ada!"

Namun tanah sebagai kulit bumi berkata dengan tawadhu, "Hai Air, Angin dan Api, kalian semua sangat bermanfaat, berguna dan selalu di butuhkan oleh manusia. Kalian diciptakan termasuk aku untuk mengabdi kepada manusia. Kita penuhi kebutuhan mereka. Di tangan kalianlah mereka bisa hidup dan berjalan sebagaimana mestinya. Itu semua sudah kodrat yang diberikan Tuhan kepada kita semua, semesta alam ini. Maka, janganlah kalian sombong dan merasa gagah, karena kalian adalah abdi bagi manusia."

"Aku tanah, dimana manusia hidup di atas punggungku. Semua itu memberatkan tubuhku 'Bumi'  tapi aku tetap bersabar. Aku tak akan murka sebelum diperintahkan Tuhan. Kecuali kemurkaan-kemurkaan kecil, apabila manusia sudah lupa dengan Tuhannya dan berbuat dzolim di atas punggungku, maka aku murka kugoyangkan tubuhku lalu pecah tanah ini dengan gempaku."

Mendengar penuturan Tanah, 'Air, Angin dan Api tertawa keras menertawakan Bumi yang selalu terhina oleh tingkah manusia yang dzolim dan maksyiat. Tapi Bumi tetap bersabar dan tawadhu.

"Ha ... ha ... ha ... kasihan sekali kamu, Bumi. Tubuhmu yang hitam dan tidak rata itu, ternyata tempat orang-orang berdosa. Tapi kamu tidak marah diinjak-injak mereka."

"Tidak, aku ikhlas," jawab Bumi rendah. "Aku bangga diciptakan oleh Tuhan menjadi bumi. Karena aku banyak manfaatnya dan tak akan habis sampai kiamat tiba. Aku suka memberi, aku mengasihi pada manusia yang ada di punggungku."

Api, Air dan Angin berdiam. Mereka merasa simpatik juga terhadap bumi yang penuh kesabaran dan dermawan, dan selalu ikhlas meskipun ditunggangi manusia, hewan dan bangsa jin, yang di dominasi oleh kemaksiyatan ketimbang ketaatan.

***

Mendengar itu langit cemburu dan bermaksud mengejek Bumi...

"Hai Bumi," ucap Langit. "Apa yang kamu banggakan pada dirimu. Padahal manusia yang ada di punggungmu, akan menghabiskan tubuhmu. Penebangan pohon secara liar, kulit kamu digali hanya untuk mencari emas, perak, batu-bara, gas dan minyak-bumi, yang barang tentu lambat laun akan menghabiskanmu."

"Tidak mengapa, Langit!" jawab Bumi.
Lalu Langit berkata kembali, "Dengar Bumi, tapi mereka tidak pernah berterima-kasih padamu. Bahkan mereka telah berbuat dzolim, kemaksiyatan di mana-mana, menduduki tubuhmu dengan perbuatan dosa dan durhaka terhadap Tuhannya."

"Tidak apa-apa!" jawab Bumi lagi.

"Lalu apa yang kamu banggakan!" ucap Langit lagi. "Sedangkan aku, di dalam tubuhku, di atas pundakku, di sinilah banyak ruh-ruh orang soleh, ruh-ruh para Nabi, Malaikat-malaikat Allah yang selalu patuh pada perintah tuhannya, bahkan di sini di atasku, Arsy Allah bersemayam, juga surga dan neraka tempat terakhir semua makhluk."

Bumi terdiam.

Langit berkata lagi, "Tapi kamu, apa yang kamu banggakan?"

"Aku bangga menjadi bumi!" seru Bumi.

"Apa kebanggaan yang kau maksud?"
 cecar Langit sengit.

Bumi menjawab..

"Di dalam perutku, ada kekasih Allah. Tampanya kita tak mungkin diciptakan. Kekasih Allah, Muhamad Rosulullah. Karena beliaulah kita diciptakan. Di dalam perutku jasad itu bersemayam yang kelak dibangkitkan paling awal di padang masyar. Beliaulah yang membuat aku bangga. Dan di atasku, ada Kabah yang selalu diziarahi penduduk bumi yang soleh-soleh."

Tiba-tiba Langit bergetar hebat ketika Bumi menyatakan, tersimpan jasad kekasih Allah yang dicintai Tuhan seru sekalian alam. Langit pun terdiam....

Sekian...

Inspirasi dari kitab kuning.

Tulisan ini juga bisa di lihat di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar