Kamis, 11 Februari 2016

Ruh Orang yang Mati Masih di Beri Kesempatan Menengok Kubur dan Keluarganya

Dalam postingan yang lalu tentang Ruh turun kebumi lalu berdiri disamping kuburnya, seraya melihat tubuhnya semakin lama semakin hancur termakan binatang tanah. Lalu ruh itupun meratapi nasib tubuhnya (Artikel sebelumnya)

Sedangkan artikel ini tentang ruh-ruh orang yang beriman masih diberi kesempatan mundar-mandir menengok kuburnya dan sanak keluarganya, sampai setahun lamanya. Apabila lewat satu tahun dipindahkan di tempat lain, tempat penampungan ruh-ruh orang mu'min. Hal ini berlaku bagi ruh-ruh orang mu'min saja.


Kata Ibnu Abbas: Apabila hari-hari raya Besar Islam, seperti tanggal 10 Muharam, hari Jumat, tanggal 1 Rajab, pertengahan bulan Sya'ban dan malam "Lailatul Qodar". Ruh-ruh orang mu'min diberikan kesempatan turun ke bumi untuk menengok keluarganya. Apabila ia sampai kerumahnya ia cuma bisa berkata akan tetapi yang masih hidup tidak dapat mendengarnya.

"Hai keluargaku, hdupku sangat terasing, meskipun kamu tidak dapat melihat aku, tapi aku melihatmu, dan mendengar perkataanmu. Aku tidak membutuhkan makan dan minum daripadamu, akan tetapi yang aku harap kan hanya doamu.

Hendaklah kamu ingat pada suatu ketika kamu pasti akan mengalami seperti aku. Pergunakan waktu hidupmu untuk beribadat dan amal soleh, berbuat segala kebajikan, itulah yang sangat bermanfaat bagi dirimu.

Oleh karena itu, jika didapati anak istrinya rajin ibadat, dan tidak kupa mendoakan dia, giranglah dia, serta lalu dia mendoa kepada Tuhan untuk keluarganya. Lalu kembalilah dia pada tempatnya dengan merasa puas hatinya.

Namun sebaliknya, jika dilihatnya keluarganya tidak beribadat atau berlaku maksiyat, maka kembalilah dia dengan perasaan kecewa dan duka-cita.

Oleh karena itu keluarga yang masih hidup jangan lupa akan keluarga yang telah tak ada, dengan ucapan "istigfar" mohon ampunan dosanya kepada Allah s.w.t. Terutama bagi anak yang orang tuanya telah tiada ialah rajin-rajin mendoakan ibu-bapaknya tiap-tiap hari, atau tiap-tiap lepas Shalat lima waktu, sebagaimana yang Tuhan ajarkan di dalam Al'Quran:


ﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْﻟِﻲْ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎﻛَﻤَﺎﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲْ ﺻَﻐِﻴْﺮَﺍ .
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

Artinya :
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Ketahahuilah:
Apabila orang tua kita telah meninggal dunia, maka segala amal perbuatan kita ditunjuki oleh malaikat kepada orang tua kita. Jika amal perbuatan kita yang baik, maka orang tua kita menerima dengan segala senang hati dan mendoakan kepada kita. Sebaliknya jika perbuatan kejahatan, keduanya akan duka-cita dan kecewa. Maka beruntunglah ibu-bapak yang mempunyai anak yang shalih yang selalu mendoakan dia. Sebab si anak bisa besar dan dewasa sampai ia mengerti ibadat dan taat kepada Tuhan berkat didikan kedua orang tuanya.

Kata Nabi Muhamad s.a.w, : "Amal manusia yang tidal putusnya mendapat pahala di sisi Allah," ada tiga perkara:

a. AMAL JARIYAH.

Amal Jariyah, artinya pekerjaan yang baik seumpamanya dia menyumbangkan tenaga atau hartanya atau fikiran kepada masyarakat guna perbaikan atau pembiayaan untuk masjid, musholah, madrasah, rumah sakit dan sebagainya maka selagi masjid masih digunakan beribadat, dan semasih musholah dan madrasah dipakai orang, maka selama itu pula orang tadi mendapatkan pahala di sisi Tuhan.

Tapi kebanyakan orang berpaham amal jariyah itu hanya untuk agama saja. Padahal untuk umumpun termasuk amal jariyah juga. Misal : Sebuah jalan atau jembatan yang umum digunakan mendapa kerusakan, kemudian secara bergotong-royong masyarakat setempat beramai-ramai memperbaiki, itupun termasuk amal jariyah juga.

Orang awam berpendapat yang dikatakan amal shaleh, adalah hanya solat dan puasa saja, padahal tidak demikian. Yang dimaksud dengan kata "amal shaleh" adalah perbuatan yang baik, baik dalam pandangan mata umum dan juga pada pandangan agama. Maka tandanya orang beriman, ialah yang suka melakukan amal kebajikan.

b. AMAL YANG SHALIH (Ya'ni anak yang baik)

Sudah jelas jika orang ingin mempunyai anak yang shalih, tidak gampang begitu saja. Maka yang pertama wajib atas orang tua mengajar anaknya dengan pendidikan agama. Selain menyuruh anaknya sekolah umum, juga sekolah agama dan selain dari itu juga orang tua harus memberi contoh kepada anaknya sebagaimana ia caranya melaksanakan printah agama. Insya Allah anak itu dapat menyontoh kedua orang tuanya.

c. ILMU YANG DIAJARKAN KEPADA ORANG LAIN.

Adapun yang dimaksud dengan ilmu, adalah bukan ilmu agama saja, dan bukan ilmu untuk belajar solat dan puasa saja. Ilmu itu adalah umum. Ilmu artinya adalah "Pengetahuan". Sebagaimana kata Nabi s.a.w. : "Sempurnanya agama dengan ilmu, sempurnanya dunia juga dengan ilmu.

Jadi tegasnya ilmu apa saja yang telah diajarkan kepada orang lain, sedang orang lain mendapat manfaatnya dari ilmu itu, maka orang pertama yang mengajarkannya jika dia seorang muslim dia mendapat pahala yang tidak ada habisnya dari sisi Allah Subhana wa ta'ala.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar