Rabu, 23 Desember 2015

Crrmin Hati 3

Cermin sedang memperlihatkan jati dirinya sebagi Makhluk sosial dimana dia selalu berkaca akan hati-hati yang penuh prasangka, baik maupun buruknya.
Prasangka baik di pandang dari kaca mata agama, yang konon hatinya penuh ayat-ayat dari sang pencipta hati. Hatinya berkutat dan terikat akan i' tiqod suci atas nama dalil sepihak.


Namun cermin hanya melihat dari zohir di dalam otaknya. Tetapi darah menuju kehati tersendat. Hati tertutup dengan pancaran hati yang sesungguhnya sebagai pengemban dari yang ia pahami dengan ayat-ayat itu, dengan dalil-dalil itu, dengan i'tiqod itu. Cermin tidak melihat itu! Kenapa?

Karena sang hati sudah tercampur dengan prasangka dengan alasan beragama. Ingat cermin mengatakan, HATI tak bisa di bohongi dengan berbagai apapun, walaupun dengan dasar agama, dengan dalil, dengan i'tiqod walaupun itu dari pencipta hati.
Hati prasangka baik maupun buruknya, berdampak kepada ekspresi wajah, gerak dan suasana.

Lalu cermin menilai bagi hati yang bersifat prasangka, walau zohir baik namun pada hakikatnya hati itu telah ternoda dan berpenyakit.

Cermin tidak bisa merasakan getaran keimanan hati jika hati itu masih ada prasangka. Cermin tidak bisa melihat ayat-ayat tuhan yang seharusnya terpancar meyelimuti hati dan bersemayam. Cermin melihatnya dengan hati yang rusak penuh prasangka yang di bungkus atas dasar agama.

Terkadang cermin mengalah dan meredup menghadapi hati-hati seperti ini. Cermin lebih baik diam tak memancarkan pantulannya. Cermin tidak peduli dengan hati yang penuh prasangka berbalut keimanan. 

Cermin mengutamakan menoleh ke hati suci tampa dalil.
Hati yang lembut penuh perasaan. Hati yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Hati yang bisa memahami apa adanya. Tampa dengan dalil pun.
Cermin mentorehkan hati yang putih tampa prasangka.

2 komentar:

  1. Cermin itu paling jujur 😁 jika yang berkaca "jelek" maka tampilannya akan seperti itu dan sebaliknya hehehe

    BalasHapus