Sabtu, 02 Januari 2016

Melembutkan Hati


Add caption
Bismillahirrohmanirrohim

Aku mau mencatat tentang kelembutan hati. Dipandang dari hati orang awam. Kenapa dilihat dengan hati yang awam, karena aku menilai kelembutan hati itu bukan sabab karena hati itu mempunyai iman. Banyak orang yang mengaku beriman dan paling nyunah tapi penuh kedengkian dan tidak pekak dengan ilmu agama yang ia dapat.


Coba bagaimana baiknya orang awam dalam beragama namun mempunyai hati yang lembut, senyum di wajahnya, hati lapang dengan sesama manusia dan berakhlak.

Lalu aku menemukan hati yang konon katanya pintar dalam beragama. Berbicara hadist paling faseh, dakwahnya keras, hanya Dia mempunya hati yang keras. Aura wajah yang masam, benci terhadap perilaku manusia yang tidak sepaham dengannya. Setiap gerakannya harus di contoh yang katanya dari Din.. tapi orang itu lupa akhlak di dalam hati itu yang di utamakan.

Aku sendiri bingung ada juga orang seperti itu. Ada yah....mulutnya tajam, pikiran selalu was-was dengan keadaan disekitarnya. Aneh... mulutnya berdalil tapi hatinya penuh penyakit.

Pakaiannya katanya syariat, tapi perilaku kurang syariat. Aku bingung menyikapi hati seperti ini. Aku berpikir, setan lebih suka bersemayam didalam hatinya walaupun beribu-ribu dalil Dia hapal.

Cermin hati pernah berkata. "Antara hati dan zhohir harus sinkron. Tapi ... zhohir tidak bisa bisa mensinkronkan hati. Zhohir syariat tapi hatinya laknat. Pakaian nyunah tapi hatinya nyusahin. Bicaranya dalil tapi hatinya batil. 

Catatanku dari dalam hati, hati ini telah terjebak dalam lingkaran kedengkian hati, kerusakan hati, kerancuan hati dan lebih jauh lagi yaitu kejahatan hati. Kejahatan hati yang terbugkus dalil agama yang sesungguhnya tidak mempunyai hati untuknya. Dan tidak pantas hati itu di bungkus agama, hanya mengotori akhlak yang ada. 

Lalu apakah hati yang awam dalam beragama, namun orang itu mempunyai akhlak yang tinggi, senyum yang manis antar sesama, suka bersosialisi, selaras dengan orang di sekitarya. Walaupun menurut pandangan zohir orang itu awam dalam beragama.

Catatan ini fakta dan nyata, aku merasakan itu ada yang salah dalam beragama. Yang aku tahu agama turun untuk menyempurnakan akhlak. Bukan beragama tapi jauh dari akhlak. Ah ... sudahlah nafsi-nafsi yang terpenting adalah, hati berakhlak segala-galanya.

Bagiku tidak penting zohir agamamu, tidak penting ocehan dalilmu, tidak penting menurutmu itu adalah syariat. Yang terpenting bagiku adalah hati yang bersih, hati yang bisa membaca keadaan dan hati yang lain. Hati yang tersenyum dan hati yang penuh kasih sayang. Bukan hati yang kotor dan jahat berbungkus agama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar